BLANTERORIONv101

Jenis Anyaman Dasar Pada Kain Tenun | Industri Tekstil Indonesia

16 Agustus 2019
Jenis Anyaman Dasar Pada Kain Tenun



Jenis Anyaman Dasar Pada Kain Tenun - Anyaman merupakan salah satu hal yang sangat penting pada kain tenun, desain atau bentuk pola pada kain tenun ditentukan oleh anyaman. Pada anyaman ini biasanya dibuat sebelum benang lusi ditenun, pada proses pencucukan lah anyaman kain dibuat.
Baca juga: Macam - macam Cacat Kain Pada Kain Tenun

Jenis Anyaman Dasar Pada Kain Tenun

Secara garis besar anyaman tekstil dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

1.Anyaman Dasar
   Anyaman dasar dapat dibagi menjadi tiga jenis anyaman:
    a. Anyaman Polos
    b. Anyaman Keper
    c. Anyaman Satin
2. Anyaman Turunan
    Anyaman turunan terdiri dari 3 jenis anyaman:
     a. Anyaman turunan anyaman polos.
         Dapat dibedakan dalam turunan langsung dan turunan tidak
         langsung.
     b. Anyaman turunan anyaman keper.
         Dapat dibedakan dalam turunan langsung dan tidak langsung.
     c. Anyaman turunan anyaman satin.
         Dapat dibedakan dalam urutan langsung dan tidak langsung.
3. Anyaman Campuran.
4. Anyaman dengan benang berwarna.
5. Anyaman untuk tenunan rangkap.
6. Anyaman khusus.
    Misalnya anyaman pique, anyaman handuk, anyaman berbulu,
    anyaman dengan benang berisi, dan anyaman untuk permadani.

Pada artikel ini hanya membahas 3 anyaman dasar pada kain tenun, langsung saja berikut adalah Anyaman polos, Anyaman Keper, dan Anyaman Satin:

Anyaman Polos

       Anyaman Polos       
Anyaman Polos

Pada anyaman polos ini nama lain yang biasanya digunakan adalah anyaman blacu, plat, tabi, taffeta, dan plain weave.
Kain polos dari wol biasanya disebut kain laken, dari linen dan sutera disebut taft (taffeta), sedangkan dari kapas disebut kain blacu, kain kafan, kain mori, kain cambric, kain kanvas, dan lain-lain. Jenis kain tadi dibedakan sesuai jenis kainnya.

Ciri-ciri dan karakteristik Anyaman Polos

Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana, paling tertua, dan paling banyak disukai. Mempunyai  rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman.

Jalannya benang lusi dan benang pakan paling sederhana yaitu 1 naik dan 1 turun. Ulangan rapot ke arah horizontal (lebar kain) atau arah pakan diulangi sesudah 2 helai lusi sedangkan ke arah vertical (panjang kain) atau ke arah lusi diulangi sesudah 2 helai pakan.
Anyaman ini memiliki jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.

Jika faktor-faktor yang lain sama maka anyaman polos merupakan kain yang paling kuat dari anyaman lain dan letak benang lebih teguh atau tidak mudah berubah tempat.
  • Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor konstruksi yang lain dari jenis anyaman lain.
  • Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range) yang lebih besar, dari pada anyaman lain yaitu 4 helai per cm sampai 80 helai per cm / 10 helai per inchi sampai 200 helai per inchi.
  • Demikian pula perpencaran berat kain adalah lebih besar dari anyaman yang lain yaitu 8,5 mg/cm² sampai 4 mg/cm².
  • Anyaman polos lebih sesuai atau mampu untuk diberi rupa yang lain dengan jalan mengadakan desain muka lainnya.
  • Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun tetapi untuk tetal lusi yang tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
  • Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi sedang jenis kain ini misalnya kain yang akan dicap / diprint.
  • Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan yang lebih besar atau kasar dari pada benang lusi, karakteristik dari jenis kain ini cenderung menunjukkan rip / rusuk horizontal pada permukaan kain.

Anyaman Keper

Anyaman Keper
Anyaman Keper


Nama lain dari anyaman keper yaitu:
  • Twill   (USA)
  • Drill    (Inggris)
  • Koper  (Jerman)
  • Keper   (Belanda)

Ciri-ciri dan Karakteristik Anyaman Keper

Anyaman keper merupakan ayaman dasar kedua. Pada permukaan kain terlintas garis miring atau rib miring yang tidak terputus-putus, jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah ke kiri atau disebut keper kiri sedangkan jika garis miring yang dibentuk oleh benang pakan disebut efek pakan / keper pakan.

Besarnya sudut miring dapat dirubah tergantung dari tetal dan angka loncat, diantaranya ialah sudut 20°, 27 °, 45°, 63°, dan 72°. Kenampakan kain pada permukaan atas dan bawah berlainan, jika rapot terkecil dari anyaman keper sama dengan 3 helai lusi dan 3 helai pakan disebut keper 3 gun.

Anyaman keper disebut dan diberi nama menurut banyaknya gun minimum misalnya keper 3 gun. Anyaman keper ini  biasanya dibuat dalam konstruksi padat.
Dalam kondisi dan faktor-faktor lain sama, kekuatan kain dengan anyaman keper lebih kecil dari pada anyaman polos.

Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi  dari pada dalam anyaman polos karena anyaman ini kemungkinan dapat diisi benang lebih banyak dari pada anyaman polos. Pengaruh arah putaran (twist) benang sangatlah besar terhadap kenampakan garis keper. Besarnya sudut miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan.

Keterangan pada anyaman keper:

a: efek lusi
b: efek pakan
/: kemiringan keper
c: angka loncat.
Baca juga: Pengertian Pengendalian Mutu Kain

Anyaman Satin

Kain Satin
Anyaman Satin


Nama-nama lain yang biasanya digunakan yaitu:

Saten: istilah umum untuk kapas, dalam anyaman satin 5 gun / 8 gun biasanya satin pakan.

Satinet: istilah yang dipakai untuk kain imitasi, misalnya sutera dari bahan katun yang dimerser.

Satin: istilah umum yang dipakai pada kain satin yang dibuatkan dari sutera filamen / benang sintetis filamen.

Satinetes: dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan dari wol.

Satijn de chine: dibuat dari benang sutera alam dengan tebal sedang.
Sebenarnya istilah satin berasal dari tata tsenting suatu tempat di republik rakyat china.

Ciri-ciri dan Karakteristik Anyaman Satin

  • Anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga. 
  • Dalam satu raport anyaman banyak benang lusi sama dengan banyaknya benang pakan.
  • Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu yaitu efek lusi / pakan pada permukaan kain.
  • Pada kain satin lusi tetal lusi lebih besar dari pada tetal pakan sedangkan pada satin pakan tetal pakan lebih besar dari pada tetal lusi.
  • Pada kain dengan anyaman satin tidak tampak jelas / menonjol suatu garis seperti pada anyaman keper.
  • Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi / pakan sehingga kainnya tampak padat.
  • Dengan tetal lusi tinggi pada pakan / lusi dan dengan menggunakan benang yang arah antihan atau gintirannya bersamaan dengan arah garis miring pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak rata, licin, mengkilat, dan padat.
  • Untuk kain dengan konstruksi padat, anyaman satin lebih sesuai dari pada anyaman keper.
  • Kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain lebih sedikit digunakan dalam anyaman satin dari pada dalam anyaman keper.
  • Setiap benang lusi dalam 1 rapot hanya mempunyai satu titik silang.
  • Titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain. Bandingkan dengan anyaman keper yang titik-titik silang nya saling bersinggungan dan terletak dalam satu garis miring.
Banyaknya gun minimum sama dengan jumlah lusi / pakan dalam 1 rapot anyaman, karena itu anyaman satin dibedakan pula menurut banyaknya gun minimum tersebut:
Misalnya: satin 5 gun, satin 6 gun, satin 7 gun, dan seterusnya. Anyaman satin yang paling sering digunakan adalah satin 5 gun.

Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur (paling sedikit 5 gun) dan satin tidak teratur (paling sedikit 4 gun). Anyaman satin dapat digunakan pada semua jenis kain tetapi tidak baik untuk kain dengan konstruksi terbuka / jarang.

Syarat Angka Loncat Pada Anyaman Satin 

Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari pada 1 dan lebih kecil dari pada jumlah gun  yang di gunakan / jumlah benang lusi / pakan dalam 1 rapot / bisa juga dikatakan angka loncat tidak sama dengan 1 dan tidak sama dengan jumlah benang lusi / pakan.

Apabila V=angka loncat, b=jumlah benang lusi / pakan dalam 1 rapot maka V>1 dan V<b.
Jika V=1 maka anyaman tersebut adalah anyaman keper.
Angka loncat tidak boleh sama dengan bilangan yang menjadi pembagi habis terhadap bilangan yang menunjukkan jumlah benang lusi / pakan dalam 1 rapot anyaman.

Misalnya satin 10 gun maka angka loncatnya tidak boleh sama dengan 2 dan 5, sebab 2 dan 5 merupakan pembagi habis bilangan 10. 
Angka loncat dan jumlah benang lusi dan pakan dalam satu rapot masing-masing tidak boleh terbagi oleh angla yang sama.
Misalnya pada satin 10 gun, angka loncat tidak boleh sama dengan 6 sebab 6 dan 10 bisa dibagi 2.

Kesimpulan dari angka loncat pada anyaman satin adalah sebagai berikut.
  • b tidak boleh habis dibagi V
  • b dan V tidak boleh habis dibagi oleh suatu angka yang sama.
Baca juga: Sistem Penggintiran Turun dan Penggintiran Naik
Demikian Jenis Anyaman Dasar Pada Kain Tenun, cukup sampai disini saja artikel kali ini, semoga bermanfaat artikel ini bagi yang membacanya dan jangan lupa share juga. Sekian dan terima kasih.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.